Alamat

Pondok Manggis Kincir Air, Bojong Baru Kec. Bojong Gede Kab. Bogor Jawa Barat, 16320, Telp. +62-21 49116747 , +62-813 14004943 ,+62-858 88321521,
E-Mail: tholabulilmi49@yahoo.com Face Book : Nurul Ilmi

Rabu, 26 Maret 2014

9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an

Judul buku: 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an
Penulis: H. Sa’dullah SQ, SAg
Penerbit: Gema Insani
Cetakan: Edisi Revisi Keempat, 2013
Tebal: ix+ 121 Halaman
ISBN: 978-979-077-253-3
Menghafal Al-Quran Menjadi Lebih Fleksibel
dakwatuna.com - Kesulitan menghafal Al-Quran pasti sering dikeluhkan oleh para calon hafizh maupun hafizhah. Entah karena lamanya menghafal atau sudah hafal ditinggal membuat hafalan yang baru jadi lupa dengan hafalan yang lama. Oleh karena itu perlu sekali adanya buku untuk penghafal Al-Quran untuk memotivasi. Dalam buku ini waktu tahfizh (menambah hafalan) dengan takrir (mengulang hafalan) harus benar-benar dibedakan. Karena menambah hafalan itu lebih mudah daripada mengulang, karena banyak ayat yang sama dalam Al-Quran dan juga tempat-tempat yang sama dalam Al-Quran.
Buku ini sangat apik dalam penyusunannya, rapi mulai dari awal keistimewaan bagi para penghafal Al-Quran, sampai metode yang digunakan dalam menghafal pun di sini dijelaskan. Mungkin karena buku yang saya resensi ini sudah edisi revisi keempat. Jadi tampak kelengkapannya. Apalagi disertai dengan lampiran yang berisi tentang jadwal menghafal dalam sehari yang harus sekian halaman, takrir 1 dan takriri 2 harus target sekian juz. Semua dijelaskan dan diberi pemahaman, sehingga buku ini sangatlah direkomendasikan untuk siapa pun yang baru memulai menghafal atau pun sudah pernah menghafal. Agar lebih terorganisir lagi hafalannya dengan membaca buku ini.
Sembilan cara ampuh menghafal Al-Quran yaitu, Memahami makna ayat sebelum dihafal. Mengulang-ulang membaca (bin-nazhar) sebelum menghafal. Mendengarkan bacaan orang yang lebih ahli. Sering menulis ayat-ayat Al-Quran. Memerhatikan ayat atau kalimat yang serupa. Takrir hafalan sendiri. Takrir hafalan dalam shalat. Takrir hafalan bersama-sama. Takrir bersama guru.
Dan tentunya penghafal tidak seperti orang kebanyakan, kita harus bisa menjaga diri dan perilaku kita karena tidak semua orang mengemban tugas istimewa ini. Karena semakin banyak perbuatan maksiat hafalan pun tidak mau menempel. Lama waktu dalam menghafal tidak masalah, asalkan kita bisa istiqamah insya Allah tujuan kita menghafal sampai khatam dan lancer akan menjadi kenyataan. Selamat membaca!

Jumat, 21 Maret 2014

Adab Terhadap Guru

SOSOK guru tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita. Mulai dari kita kecil sampai kita dewasa kita akan bertemu terus dengan sosok guru.  Seorang yang diguguh dan ditiru ini menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid-muridnya  agar mereka menjadi seseorang yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan kualitas yang dimiliki masing-masing.
Dengan perannya yang sangat besar dalam kehidupan kita, maka sepantasnya guru itu dihormati oleh kita. Dalam Islam pun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bersikap selaku murid terhadap gurunya.
Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut,
  1. Menghormati dan menghargainya. Hal ini sebagaimana pengamalan atas sabda Rasulullah SAW. “Bukan dari golongan kami mereka yangtidak menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahuihak orang yang alim” (Shahih Jami’)
  2. Tidak mencari-cari kelemahan dankesalahannya.
  3. Tidak menggibahnya (membicarakannyadengan yang dia tidak senangi), bahkanmembelanya ketika digibah orang lain.
  4. Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi pahala atas ilmu yang sudah ia ajarkan.
  5. Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru,dan tidak mencontohnya jika berbuat salah
  6. Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat kedudukannya di mata manusia
  7. Menjaga adab berbicara dan diskus idengannya.
Begitulah adab-adab dalam bersikap terhadap guru kita, selain karena anjuran Islam, insya Allah dengan bersikap sesuai tuntutan Islam, ilmu yang sudah kita dapatkan dari guru kita pun akan lebih berkah. [ns/islampos/adabadabislam/satriawan Muhammad Anun As-Sasakiy]

Senin, 17 Maret 2014

Berpolitik berdasarkan syariah adalah Ibadah,


"Berpolitik berdasarkan syariat adalah Ibadah, namun lembaga pendidikan seperti pesantren, sekolah dan kampus atau tempat ibadah seperti masjid dan musholla bukanlah tempat yang tepat untuk berpolitik praktis, sekalipun santri, siswa, mahasiswa dan umat harus diajarkan bagaimana Politik yang santun, berakhlaq karimah, dan sesuai syariat, karena mengetahui, mengerti, dan memahami politik secara benar adalah suatu keharusan agar lahir para politisi muslim yg berakhlaq karimah dan tidak menjadi korban politik, .....
(by.H.Faisal Muhammad Ali Nurdin,Lc,MA)

Sabtu, 08 Maret 2014

Akhlak Rasulullah SAW Bukti Kenabiannya

dakwatuna.com - Selama ini mukjizat Rasulullah SAW adalah mukjizat hissiyah. Beliau membelah bulan; batu mengucapkan salam; batang kayu menangis; air mengucur dari celah jarinya; makanan sedikit yang didoakan sehingga cukup untuk banyak orang; daging bakar berbicara; Abu Jahal terpaku saat hendak menjatuhkan batu saat Rasulullah SAW sujud, dan sebagainya lainnya.
Kita juga mengenal mukjizat beliau yang sangat agung, yaitu Al-Qur’an. Mukjizat ini menantang setiap orang membuat sebuah kitab dengan kehebatan seperti kehebatannya. Kehebatan kitab ini terletak di antaranya pada sisi bahasa yang sangat indah; menceritakan sejarah yang benar di masa lalu; mengandung hukum adil dan mudah diterapkan; isyarat-isyarat ilmiah dalam berbagai bidang; dan sebagainya.
Namun jarang di antara kita yang menganggap akhlak Rasulullah SAW sebagai sebuah mukjizat. Padahal Allah swt. berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4].
Akhlak beliau agung, berarti tidak ada seorang pun yang bisa mempunyai akhlak seperti akhlak beliau. Tidak ada yang bisa menandinginya. Hal ini bukan karena apa-apa, tapi karena beliau adalah seorang nabi. Berarti akhlak beliau adalah mukjizat, salah satu bukti kenabian Muhammad SAW.
Muhammad SAW Adalah Manusia Biasa
Rasulullah SAW adalah manusia biasa. Bukan manusia tuhan, atau setengah tuhan. Bukan malaikat, atau setengah malaikat. Beliau benar-benar manusia biasa, tapi dipilih oleh Allah swt. untuk mengemban risalah-Nya.
Ini adalah sebuah keuntungan bagi umat manusia. Bisa diteladani, karena kesamaan bentuk, karakter, kebutuhan, kecenderungan, dan sebagainya. Jika beliau berupa malaikat, manusia tidak akan bisa meneladani karena malaikat tidak makan, minum, berbuat dosa, dan sebagainya.
Tidak ada alasan untuk menolak ajaran yang dibawa. Kalau rasul berupa malaikat, banyak manusia yang menolak ajaran dengan alasan rasul bisa melaksanakan kewajiban karena dia malaikat, sedangkan mereka bukan malaikat makanya tidak bisa melaksanakan. Allah swt. berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” [Al-Kahfi; 110].
Dakwah beliau juga berbeda dengan dakwah yang lainnya; dimenangkan dengan usaha manusiawi, bukan dengan mukjizat luar biasa. Para penentang dakwahnya tidak dikalahkan dengan banjir seperi kaum nabi Nuh as., dengan laut seperti Fir’an dan pasukannya. Tapi dikalahkan dengan strategi hasil pemikiran manusia. Bahkan ketika malaikat gunung menawari Rasulullah SAW membinaskan kaum Thaif dengan ditimpakan gunung kepada mereka, beliau menolaknya.
Akhlak Bukti Kenabian Beliau
Beliau terkenal dengan julukan Ash-Shadiqul Amin. Jujur dalam berkata; amanah dalam menjaga dan menyampaikan. Akhlak bisa dijadikan bukti kenabian, karena orang yang berakhlak mulia tidak akan berbohong ketika mengaku menjadi nabi, tidak akan mencelakakan kaumnya ketika memerintahkan sesuatu, dan akan berjuang dan berkorban untuk kebaikan kaumnya.
Hanya sedikit sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam setelah melihat mukjizat. Hampir semuanya masuk Islam karena melihat akhlak Rasulullah saw. Bahkan ketika orang-orang musyrikin meminta diperlihatkan mukjizat, mereka tidak beriman setelah benar-benar melihatnya. Allah swt. berfirman:
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” [Al-Qamar: 1-3].
Ibunda Khadijah ra. mengetahui benar bagaimana akhlak mulia suaminya, misalnya menyambung tali kekerabatan, menanggung beban keluarga, menjamu tamu, membantu orang miskin, membantu dalam musibah, dan sebagainya. Saat beriman, beliau belum melihat satu mukjizat pun pada diri Rasulullah SAW Bahkan beliaulah yang menguatkan hati Rasulullah saw. ketika bimbang saat didatangi malaikat Jibril as.
Abu Bakar ra. adalah kawan karib Rasulullah saw. Tahu benar bagaimana kejujuran Rasulullah saw. Sehingga ketika mengaku menjadi nabi, Abu Bakar ra. langsung beriman dan mendakwahkan agama yang baru kepada musyrikin yang lain.
Raja Najasyi ra. Raja negeri Habasyah ini tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW. Namun ketika mendengarkan sifat-sifat dan perjalanan dakwah beliau, Najasyi langsung meyakini bahwa Muhammad saw. adalah penerus Isa as. (msa/dakwatuna)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/01/14/44739/akhlak-rasulullah-saw-bukti-kenabiannya/#ixzz2vMVxdJqh
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook